Gambar diambil dari Google |
Awal
mula pertama sekali saya mengetahui komunitas Klub Buku Medan melalui jejaring social
twitter. Saya tidak ingat akun yang me-Retwit acara yang akan diadakan @KlubBuku_MDN
sehingga hadir di Timeline lini masa saya. Saya mengucapkan terima kasih kepada
akun tersebut. Kamu telah mempertemukan saya dengan Klub Buku Medan (pembaca seharusnya terharu!). Kemudian
selanjutnya ialah kegiatan jamak seperti biasa yang sudah-sudah, saya
mem-follow akun tersebut meskipun saya tidak difollowback. Khalayak pembaca
tidak usah heran dan bingung. Hal tersebut merupakan hal yang biasa di jagat
per-twitteran dan bukanlah hal yang tabu untuk diperbincangkan.
Saya
yang sedikit hoby membaca, sangat tertarik dengan acara Kopi Darat yang
diadakan Klub Buku Medan. Pikir saya dalam hati, acara yang bagus untuk
diikuti. Bisa saja setelah menghadiri acara tersebut, saya yang sedikit hoby
menjadi banyak hoby membaca. Atau mungkin ada kegiatan review buku bagus
dan keren. Sehingga dapat meningkatkan kapasitas membaca saya. Hitung-hitung
untuk menambah jam terbang dan referensi buku bacaan. Atau ada peserta yang
berbaik dan berikhlas hati meminjamkan (baca:memberi)
buku kepada saya.
Tiba
di hari H, sebenarnya saya malas untuk menghadiri kegiatan tersebut karena dari
sekian banyak teman yang saya ajak, semuanya menolak. Dengan alasan yang
beragam, yang saya rasa tidak perlu untuk dipaparkan dalam tulisan tidak jelas ini.
Iya, saya menyebutnya tulisan tidak
jelas meskipun nantinya khalayak pembaca memberikan penilaian lain
setelah selesai membaca tulisan ini, mungkin saja tulisan ini termasuk kategori
motivasi, menginspirasi, menggetarkan hati atau tulisan yang dapat mengubah
cara pandang hidup pembacanya. Semoga saja! (respon “huuuuuu”)
Ok! Jika tidak
setuju dengan hal di atas, kita dapat membicarakannya secara kekeluargaan dan baik-baik. Dari pada
pembaca sekalian semakin kesal dan levelnya meningkat sehingga respon “huuu”
menjadi rajam, alangkah baiknya saya kembali ke jalur yang benar. Kembali ke tema
tulisan saya ini. Ogh, mungkin pembaca belum mengetahui tulisan apa sebenarnya
ini…setelah berpanjang lebar sebenarnya saya hanya ingin berbagi pengalaman mengenai
acara kopi darat Klub Buku Medan. (begini
awal kisahnyaaa…..musik tema pembuka
: Bang Jali).
Kopi
Darat tersebut diadakan di sebuah café seputaran Jalan Dr. mansyur. (Untuk penyebutan nama café silahkan
hubungi bagian promosi, mohon penulis jangan dipukul). Acara yang seharusnya dimulai pukul
15.00 Wib molor hingga hampir pukul 16.00. Kita sama-sama sudah mengetahui
adat-istiadat bangsa ini menyoal waktu. Karena saya sendiri sejatinya juga
telat.
Untuk
kegiatan pertama adalah sharing serta
berbagi pengalaman oleh seorang penulis. Penulis buku, buku kedua! Kalau saya
tidak salah buku ber-genre teenlit pop ala percintaan remaja. Jika saya salah, mohon
dimaklumi. Betapa haibatnya narasumber pertama tersebut, penulis buku, buku
kedua! Tanpa bermaksud merendahkan atau mencibir. Ketika saya bertanya penulis serta
buku favorit penulis tersebut, bagaimana bisa penulis tersebut mengatakan (kalau saya tidak salah dengar, hal ini mungkin
diakibatkan soundsystem yang buruk atau pendengaran saya yang bermasalah).
“Saya
menyukai narnia, buku yang ditulis tere liye dan aduh apa saya lupa…apa
judulnya aduh saya lupa yang ditulis ini…”
Hagh,
Anda lupa buku dan pengarang favorit anda? Mohon maaf jika suatu saat karya
anda dan anda diperlakukan begitu juga oleh orang lain. Kemudian penulis
tersebut berkata “Sebenarnya saya suka fiksi tetapi pihak penerbit maunya
romance, yah saya menulis tentang romance.” Sebenarnya saya miris mendengar
pernyataan penulis tersebut. Fakta bahwa penulis disitir oleh penerbit! Bagaimana
kualitas karya seseorang yang menyukai genre semacam tulisan narnia dipaksakan menulis
genre romance ala Icha Rahmanti dengan Cintapuccino yang banyak kritikus sastra
meneyebut era lahirnya genre teenlit.
Untuk
itu, saya Ultimatum kepada peserta acara kopi
darat yang mendapat buku SETIA untuk mereview atau katakanlah kritik terhadap karya
tersebut.
(Sekali lagi mohon kepada penerima novel Setia untuk
mereview, jika tidak sanggup dan mampu SETIA-nya dapat diserahkan kepada saya. Lah,
saya ini siapa berani-beraninya ultimatum orang lain dan untuk mbak penulis
novel SETIA, tidak usah terlalu dirisaukan tulisan saya ini. Saya hanya orang
iri yang tidak dapat buku mbak. Jika dibandingkan dengan mbak yang sudah
menghasilkan dua buku apalah saya ini.)
Sesi selanjutnya adalah penampilan Stand Up Comedy
yang materinya tidak akan saya tuliskan dalam tulisan ini. Mengingat materi
stand up comedy yang saya ketahui dapat dilakukan berulang kali atau dapat
dibawakan kembali dalam waktu dan tempat yang berbeda. Jika saya tuliskan
nantinya apabila komika akan memabawakan materi yang sama dan telah diketahui
penonton. Dan yang menjadi asal muasal penyebab masalah tersebut adalah saya. Saya
tidak mau disalahkan atas hal tersebut. Memang komikanya yang malas buat
materi baru.. Peace bro!
Dalam
catatan saya ada empat sesi stand up comedy. Sehingga saya merasa bahwa peserta
yang hadir adalah pecinta buku yang memang
haus akan hiburan, katakanlah panitia yang haus hiburan setelah lelah
mempersiapkan acara Kopi Darat. Dimana ada empat sesi stand up comedy, dua sesi
pembacaan puisi dan dua sesi mengenai penulisan. Ini yang disebut acara Kopi
Darat sebuah komunitas buku? Mungkin saya salah karena sebelumnya telah
diadakan beberapa acara sebelumnya dan saya tidak ikut.
Kamu siapa kritik-kritik acara Klub Buku Medan?
Saya hanya peserta yang ikut melalui twitter.
Cih…hanya peserta biasa kok kritik.
Mohon maaf saya kepada khalayak pembaca karena sebenarnya terdapat pertentangan
dalam diri saya saat menuliskan hal tersebut.
Untuk penutup (setelahnya ada stand up comedy lagi) merupakan
sesi admin @ceritamedan yang berbagi tips dan motivasi mengenai tulis-menulis. Baik
itu melalui twitter maupun blog. Karena berdasarkan hal tersebut saya log-in
dan menulis kembali di blog saya ini. Saking lamanya tidak dibuka, sekalinya log-in
yang saya dapati adalah debu dan sarang laba-laba.
Demikianlah perkenalan saya dengan Klub Buku Medan.
Ini ceritaku!!! Mana ceritamu??
Terimakasih kepada Klub Buku Medan, peserta kopi
darat, Cerita Medan, dan semuanya yang berkenan
membaca tulisan ini.
Demikianlah tulisan ini
saya perbuat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya… karena kesempurnaan hanyalah milik Alllah SWT dan kesalahan berasal dari
pemerintah yang tidak mensubisdi buku sehingga harganya mahal.
Assalamualaikum Wr.Wb.
4 komentar:
Waw, ada 6 warna didalam satu tulisan ini, wow wow..
Semoga kelupaan tidak menyertai kita kedepannya, aminn :)
ngetes mata juga bang...
untuk mengetahui warna-warna..
mana tw ada dedek-dedek unyuk yang baca...(ngelesnya ngasal)
ok bang...AMIN....
Wow jadi kepingin gabung sekali-kali, keseringan mangkir ya gini kayak aku
Iya kak..gabung dong sekali-kali...jangan mangkir-mangkir
:)
Posting Komentar